Monday, January 24, 2011

Tugas III. Kehidupan dikota dan didesa

Hal yang berbeda terjadi di kota (sebagian besar wilayah kota), di mana mayoritas masyarakatnya individualis, hierarki menjadi hal yang tidak begitu penting, dan nuansa kekeluargaan nyaris pupus.

Lantas letak kerasnya di mana?

Kehidupan di desa di mana relasi antara individu dengan individu yang lainnya sangat erat, menyebabkan adanya rasa persaudaraan yang kuat. Meskipun tidak ada hubungan tali persaudaraan, tapi menganggap bersaudara. Dan karena “bersaudara”, maka segala hal –sekecil apapun- yang terjadi / dialami / tentang “saudara”nya harus diketahui, walaupun informasi yang didapatkan belum tentu benar adanya.

Hal kayak gini nih yang menurut saya merupakan “kerasnya” kehidupan di desa. Meskipun di kota juga tetap ada yang namanya gossip ataupun desas-desus yang menimpa, tapi seringkali orang cuek saja.

Kalau boleh saya katakan, di desa tuh altruismenya tinggi. Sedangkan di kota, individualisnya tinggi. Makin maju dan makin metropolis kota itu, akan makin sulit menjumpai yang namanya rasa persaudaraan.

Orang-orang di kota seringkali berpesan kepada mereka yang baru saja datang dari desa “Jangan mudah percaya pada orang lain. Kehidupan di kota ini keras. Kalau kamu terlalu percaya sama orang lain, kamu akan dibodoh-bodohi”. Dan si villagers pun mengangguk-angguk pada si pemberi pesan. Dia bingung apakah akan mempercayai kata-kata orang ini atau tidak? Kan katanya tidak boleh mudah percaya pada orang lain?

*bingung

Sementara itu, orang kota yang hendak ke desa, tidak jarang pula mendapat pesan dari rekannya di kota

“Selama kamu tinggal di desa nanti, kamu harus menjaga perilakumu dengan baik. Jangan sering keluar malam dan berbuat aneh-aneh, karena kalau tinggal di desa tuh ada sedikit gossip aja, nyebarnya bisa cepat sampai ke beberapa kampung”. Nah lho????? Padahal kan nggak semua desa berkarakter seperti itu, meskipun pada umumnya demikian.

Keras tidaknya kehidupan di desa maupun di kota, tergantung pada siapa yang hendak menjalani dan bagaimana ia menjalaninya.

Bagi orang yang telah lama tinggal di kota dengan kemudahan mengakses berbagai fasilitas, tentu akan merasa kesulitan ketika hidup di desa. Kenapa? Karena bioskop jauh, mall nggak ada, toko bukunya nggak lengkap, etc. Selain itu, kadangkala ada sedikit konflik berkaitan dengan interaksi social. Terkhusus bagi orang yang berkarakter cuek dan cenderung individualis, harus siap dianggap sombong dan mendapatkan gossip ini itu ketika ia enggan bersosialisasi dengan masyarakat.

Sedangkan bagi orang yang telah lama berdomisili di desa dan datang ke kota, akan mengalami keterasingan. Memang fasilitas dan berbagai sarana prasarana lengkap, namun masing-masing orang sibuk dengan urusannya sendiri. Orang-orang memang berkumpul, tapi tidak saling menyapa satu sama lain bila tidak kenal ataupun tidak ada urusan, contohnya di Mall.

Berbeda dengan di desa, orang-orang tetap saling tersenyum –bahkan berjabat tangan- satu sama lain meskipun tidak saling kenal. Seperti yang pernah saya alami ketika pindah sekolah saat kelas 3 SMP. Di hari-hari awal saya berada di sekolah yang baru, saya heran dengan kebiasaan berjabat tangan saat teman-teman saling bertemu di pagi hari. Teman yang baru datang akan mengucapkan salam sambil menjabat tangan teman-teman yang ia jumpai sedang duduk-duduk di depan kelas yang ia lewati. Awalnya saya pikir itu adalah kebiasaan baik yang diterapkan di sekolah saya. Namun dugaan saya keliru!.. Karena ketika saya ke bank, ke kantor pos, bahkan saat ke puskesmas untuk antri diperiksa dokter, saya menjumpai kebiasaan yang sama seperti di sekolah saya. Orang-orang tidak saling mengenal, namun tetap ramah seperti itu. Mungkin alasan ini juga yang menyebabkan ayah saya sangat ingin menghabiskan masa tuanya di desa.

Kalau di kota dan bertingkah seperti itu, orang-orang menganggapnya aneh dan lucu. Tidak sedikit yang berpendapat “kurang kerjaan aja”. Bahkan ada juga yang mungkin akan bertanya “Siapa ya? Maaf nggak kenal” ketika akan diajak berjabat tangan.

Hmm..unik! Ya! Kota dan desa, masing-masing punya keunikan tersendiri.

Jadi, pilih hidup di kota atau di desa?